Hubungan antara Tingkat Penghasilan dengan Kejadian Kusta Multibasiler
DOI:
https://doi.org/10.55606/jikg.v1i1.835Keywords:
kusta, multibasiler, tingkat penghasilanAbstract
Penderita kusta tahun 2015 di Kota Surabaya tertinggi pertama adalah Kecamatan Kenjeran, disusul Kecamatan Semampir, dan Kecamatan Tandes. Ada beberapa faktor risiko yang memengaruhi kejadian kusta, salah satunya adalah tingkat ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat penghasilan dengan kejadian kusta. Jenis penelitian observasional analitik dengan rancangan penelitian case control matching untuk mengetahui hubungan tingkat penghasilan dengan kejadian penyakit kusta MB pada warga yang tinggal di wilayah Kecamatan Kenjeran, Semampir dan Tandes. Penelitian ini dilakukan antara bulan Januari-April 2017. Jumlah responden kasus sebanyak 28 orang dan kontrol sebanyak 28 orang, Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan penelusuran rekam medis. Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan SPSS 16. Hasilnya didapatkan P value 0.003 < 0.05 menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat penghasilan dengan kejadian kusta dengan nilai OR 5.200 (1.427-18.948). Simpulan : Terdapat hubungan antara tingkat penghasilan dengan kejadian kusta di Kecamatan Kenjeran, Tandes dan Semampir. Responden yang memiliki tingkat penghasilan rendah berisiko 5.2 kali terkena kusta dibandingkan responden berpenghasilan tinggi.
References
Apriani DN, Rismayanti, Wahiduddin, 2014, Faktor Risiko Kejadian Kusta di Kota Makassar, http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/10850/dwi%20ningrum%20apriani%20K11110372.pdf?sequence=1
CDC, 2013, Leprosy, http://www.cdc.gov/leprosy/exposure/index.html diakses tanggal 21 Mei 2016.
Depkes RI, 2004, Buku Pedoman Nasional Pemberantasan Penyakit Kusta, Jakarta, Depkes RI Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan.
Depkes RI, 2014, Pedoman Nasional Program Pengendalian Penyakit Kusta, http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/bitstream//123456789/1791/2/BK2012-406.pdf diakses tanggal 20 Juni 2016.
Dinkes Jatim, 2014, Profil Kesehatan Jawa Timur,
www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES...2014/15_Jatim_2014.pdf diakses tanggal 24 Desember 2017,
Dinkes Kota Surabaya, 2012, Profil Kota Surabaya Tahun 2012., http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/profil_kab_kota_2012/3578_Jatim_Kota_Surabaya_2012.pdf diakses tanggal 20 Mei 2016.
Dinkes Surabaya, 2015, Profil Kota Surabaya, http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KAB_KOTA_2015/3578_Jatim_Kota_Surabaya_2015.pdf diakses tanggal 24 Desember 2017
Eichelmann K, Gonzalez G, Salas-alanis, Ocampo-Candiani, 2013, Leprosy. An Update: Definition, Pathogenesis, Classification, Diagnosis, and Treatment, Elsevier, 104(7):554-563
Soedarjatmi, T., Istiarti, dan Widagdo, L., 2009, Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Persepsi Penderita Terhadap Stigma Penyakit Kusta. Jurnal Promosi Kesehatan, 4(1): 18-24,
US NIH, 2011. Leprosy.http://www.niaid.nih.gov/topics/leprosy/ understanding/pages/whatis.aspx diakses tanggal 21 Mei 2016
WHO, 2016, Classification of Leprosy, http://www.who.int/lep/classification/en/ diakses tanggal 20 Juni 2016
WHO, 2016, Microbiology of M. Leprae, http://www.who.int/lep/microbiology/en/ diakses tanggal 21 Mei 2016.
Zuhdan, M., Kabulrachman**, dan Suharyo Hadisaputro. 2017. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Kusta Pasca Kemoprofilaksis (Studi pada Kontak Penderita Kusta di Kabupaten Sampang). Jurnal Epidemiologi Kesehatan Komunitas 2 (2), 2017, 89-98. https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/jekk/article/download/4001/2210